Kau, rumahku -
Miyu, sebuah panggilan sederhana, lucu. Kamu panggil namaku dengan nada mendayu, miyu, cah ayuku.
Kak, seandainya aku bisa jujur dan seterbuka itu, aku mau kamu tau. Aku senang luar biasa bisa ketemu sama kamu. Seharusnya aku berhenti dari dulu dan menemukan hatimu yang setulus itu.
Tak apa, aku hanya ingin menggerutu. Bukan ingin menyesali keterlambatan apa yang menghambat pertemuanku dengan dirimu.
Sejak awal, aku sudah bilang hidupku tak begitu menyenangkan pasalnya aku hanya menjalani kehidupan monoton ini dengan biasa-biasa saja. Tapi kamu, baru sekali genggam tanganku dan bawa banyak sumber bahagia untuk hidupku.
Kak Iel, sama kamu aku jadi tahu rasanya disanjung penuh cinta, penuh damba dan penuh bahagia. Hariku jadi penuh warna, kamu penyebabnya.
Bahkan terang-terangan semalam aku beritahu padamu perihal, “semenyenangkan itu, jatuh cinta sama kamu.” Terimakasih telah menerimaku selembut itu, setulus itu. Aku sayang kamu, selalu.
Jika kamu pernah berpikir bahwa aku sekaku itu, kamu benar. Akulah si kaku itu. Aku tak begitu punya bahan pembicaraan atau hal menarik lain untuk dibicarakan. Kembali ke paragraf atas, hidupku semonoton itu.
Sedangkan kamu, kamu hidup dalam kebun bunga penuh warna, nyala dan tebar bahagia. Tolong selalu jadi si bahagia itu. Tolong terus tertawa sebanyak yang kamu mau. Aku mau, mau dibahagiakan bahkan hanya lewat tawamu.
I love talking to you, even though i have nothing to say. Aku sebahagia itu dan mau terus mendengar ceritamu. Entah karena kamu menggerutu mencari semua anakmu (re: meng) atau hanya karena makananmu yang selalu kurang pedas itu. Tolong beritahu aku lebih banyak lagi, tentang harimu.
Aku pemalu, tapi katamu, “tak apa, pelan-pelan saja keluarkan sisi manjamu. Tunjukkan itu padaku.” Aku malu bukan main. Tapi, hatiku menghangat tahu bahwa itu dirimu, kak Izekiel.
Detik berikutnya, aku tahu sisi lain dirimu. Sisi lain yang membuat nafasku tercekat. Bahkan aku tak bisa menggambarkan bagaimana bisa aku melewati malam-malam suntuk ku seorang diri. Harusnya, aku habiskan semua malam denganmu. Kamudian terlelap dalam pelukan.
Kak, terima kasih telah pegang tanganku dan tunjukkan bentuk bahagia sederhana itu nyata, lewat kamu. Terima kasih untuk itu.
“If I am dearest to you, take my hand. I’m in love from head to toe. I’m breathing underwater, i am drowning” Nizar Qabbani
Kak Izekiel, kau rumahku. Tempat dimana segala bahagiaku dimulai, kamu.
Camille Ayunda — Miyu